Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saham yang mendekam cukup lama di level Rp 50 per saham atau level gocap sudah mulai bangkit pada perdagangan Kamis (11/1/2024).
Setidaknya ada sepuluh saham yang kini sudah berada di atas harga Rp 50 per saham dan pada perdagangan kemarin terpantau melesat. Dari sepuluh saham tersebut, ada dua saham yang kemarin ditutup stagnan, tetapi pergerakannya sudah mulai beranjak dari level gocap.
Berikut 10 saham yang sudah beranjak dari level gocap.
Jika dilihat dari penguatan hariannya, maka saham PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) menjadi juaranya, di mana kemarin saham CENT ditutup melejit 9,09% ke posisi Rp 60/saham.
Saham CENT sendiri sudah mendekam di level gocap sejak pertengahan Desember 2023. Bahkan parahnya, saham CENT sempat berada di bawah level gocap.
Tak hanya CENT, beberapa juga sempat bernasib sama yakni berada di bawah gocap. Adapun saham-saham tersebut yakni PT Dewi Shri Farmindo Tbk (DEWI) dan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA). Belum diketahui secara pasti penyebab bangkitnya kedua saham tersebut.
Selain itu, ada saham properti yakni PT Wulandari Bangun Laksana Tbk (BSBK). Saham BSBK sendiri sempat mendekam cukup lama di level gocap, yakni sejak Maret 2023. Namun pada pertengahan Desember 2023, BSBK mulai bangkit kembali.
Bangkitnya saham BSBK pada pertengahan Desember tahun lalu terjadi setelah salah satu portofolio BSBK, yakni Balikpapan Superblock resmi menggelar peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) senilai Rp3 triliun pada 20 Desember 2023.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, pengembang lokal asal Kalimantan Timur tersebut bakal membangun kawasan terpadu yang mencakup pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, hingga area perkantoran.
Jokowi merinci, area kawasan terpadu yang akan digarap oleh Balikpapan Superblock tersebut akan terbentang di lahan seluah 7,5 hektare.
Sebagai informasi, PT Wulandari Bangun Laksana Tbk. (BSBK) selaku pemilik Balikpapan Superblock memang tengah gencar mengembangkan dan mengelola kawasan Balikpapan Superblock di Kalimantan Timur. Emiten properti milik konglomerat Christopher Tjia ini gencar membangun kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan dan pusat hiburan atau wisata.
Secara garis besar, penyebab saham-saham tersebut mendekam cukup lama di level gocap karena fundamentalnya yang kurang menarik, sehingga investor enggan berinvestasi di saham-saham tersebut.
Apalagi, dengan adanya papan pemantauan khusus, maka saham-saham tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk ke bawah level gocap. Hal inilah yang sempat terjadi di saham CENT dan BUVA.
Seperti diketahui, bursa telah melakukan penerbitan Peraturan Bursa Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang berlaku pada 9 Juni 2023 dan Peraturan Bursa Nomor II-X tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang akan berlaku pada 12 Juni 2023.
BEI telah memberlakukan penerapan harga saham terendah Rp 1 per saham. Sehingga, sejumlah saham yang sebelumnya tertidur di level Rp 50 per saham alias saham gocap, bisa saja menyentuh ke bawah level tersebut. https://makanapasaja.com/