Jakarta, CNBC Indonesia– India dan China membawa kabar baik bagi batu bara. Kedua negara itu akan tetap mendorong permintaan batu bara global, meski telah menegaskan target ambisius untuk proyek-proyek energi terbarukan masing-masing.
Perlu diketahui, China adalah konsumen energi terbesar di dunia sementara India berada di peringkat ketiga secara global. Khusus batu bara, keduanya merupakan konsumen batu bara terbesar seiring melajunya pertumbuhan ekonomi.
Dalam proyeksi badan pengawas energi, International Energy Agency (IEA), kenaikan konsumsi batu bara China diperkirakan melonjak sepertiga pada tahun 2025. Ini dibandingkan seperempat pada tahun 2015.
Hal senada juga berlaku ke India. Pengamat menilai, bukan hanya batu bara, berkembangpesatnya ekonomi negeri itu juga berarti bahwa permintaan energi minyak dan gas alam akan meningkat secara signifikan.
“Jika India dan China masih tumbuh secara ekonomi pada tingkat yang layak untuk dekade berikutnya, kita tidak akan melihat permintaan batu bara menghilang dalam waktu dekat, secara global,” kata ahli strategi komoditas di Astris Advisory Japan KK, Ian Roper, kepada CNBC International, Kamis .
Mengutip data IEA terbaru, sebenarnya penggunaan batu bara global pada tahun 2023 mencapai rekor tertinggi, melampaui 8,5 miliar ton untuk pertama kalinya. Permintaan di negara-negara berkembang seperti India, China dan Asia Tenggara mendominasi.
Produksi batu bara mentah China pada bulan Januari hingga November pada tahun 2023 meningkat sebesar 2,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022. Produksi batu bara India meningkat menjadi 893 juta ton pada tahun keuangan yang berakhir Maret 2023, melonjak hampir 15% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebaliknya, di AS, penurunan penggunaan batu bara terjadi. Menurut Institute for Energy Economics and Financial Analysis, jumlah batu bara yang dikonsumsi negara adidaya tersebut setiap hari mencatat penurunan sebesar 62% dari 2,8 juta ton menjadi 1,1 juta ton per hari.
China dan India Kunci
Sementara itu, pengamat lain menilai emisi karbon akan tetap meningkat karena kedua negara. Sehingga keduanya menjadi kunci.
“Sasarannya ada pada China dan India, karena kedua negara tersebut saat ini menggunakan lebih banyak batu bara. Jadi emisi karbon mereka meningkat, bukan menurun,” kata Mananging Director Tortoise Capital, Ron Thummel.
Sebenarnya kedua negara telah mengadopsi dan menetapkan target energi terbarukan yang agresif. India contohnya, telah menetapkan target aspirasional untuk memenuhi 50% kebutuhan listriknya dari energi terbarukan pada tahun 2030.
Meskipun demikian, 75% listrik di India berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Persediaan di pembangkit listrik India membengkak 6% pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut penelitian Citibank.
“Negara ini juga dijadwalkan menambah 80 gigawatt kapasitas pembangkit listrik tenaga panas berbasis batu bara selama delapan tahun ke depan,” data CNBC International.
Di China, batu bara menyumbang 61% pembangkit listrik, meskipun negara ini diakui sebagai pemimpin dalam ekspansi energi terbarukan. China telah menambahkan proyek-proyek baru ke dalam jaringan listrik hampir secepat gabungan proyek seluruh negara lain di dunia pada tahun 2022 dan memiliki ambisi untuk menjadi netral karbon pada tahun 2060.
Namun kurangnya keandalan energi terbarukan membuat batu bara masih menjadi pilihan cadangan yang penting bagi kedua negara. Tahun lalu, Tirai Bambu sempat mengalami kekurangan listrik, di mana tenaga air sangat lemah dalam beberapa tahun terakhir mengurangi pembangkit listrik tenaga air. https://yangterbaik.com/