Jakarta, CNBC Indonesia – China dan India sebagai negara dengan konsumsi batu bara tertinggi di dunia nampaknya tidak akan memberhentikan konsumsi batu baranya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Hal itu meskipun kedua negara tersebut menetapkan target energi terbarukan yang bisa dinilai cukup ambisius.
Direktur Pelaksana Perusahaan Manajemen Investasi Energi Tortoise Capital, Rob Thummel mengatakan pertumbuhan ekonomi India yang pesat juga berarti bahwa permintaan energi negara tersebut termasuk minyak dan gas alam akan meningkat secara signifikan.
Menurut proyeksi badan pengawas energi International Energy Agency (IEA), konsumsi listrik global China yang mana 60% dihasilkan oleh batu bara, diperkirakan akan melonjak pada tahun 2025, hal itu jika dibandingkan pada tahun 2015 lalu.
“Jika India dan Tiongkok masih tumbuh secara ekonomi pada tingkat yang layak untuk dekade berikutnya, kita tidak akan melihat permintaan batu bara menghilang dalam waktu dekat, secara global,” ujar ahli strategi komoditas di Astris Advisory Japan KK, Ian Roper dilansir CNBC International, dikutip Kamis (11/1/2024).
Dalam catatan IEA, penggunaan batu bara global pada tahun 2023 mencapai rekor tertinggi yakni melampaui 8,5 miliar ton untuk pertama kalinya. Hal itu didukung oleh tingginya permintaan di negara-negara berkembang seperti India dan Tiongkok.
Lebih lanjut, IEA mengatakan konsumsi batu bara di India dan Asia Tenggara diproyeksikan tumbuh secara signifikan.
Seperti diketahui, produksi batu bara India meningkat menjadi 893 juta ton pada tahun keuangan yang berakhir Maret 2023. Hal itu melonjak hampir 15% dari tahun sebelumnya.
Adapun, produksi batu bara mentah Tiongkok pada bulan Januari hingga November tahun 2023 naik 2,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Sebaliknya, Amerika Serikat yang merupakan konsumen batu bara terbesar kedua di dunia, mengalami penurunan penggunaan bahan bakar.
Menurut Institute for Energy Economics and Financial Analysis, jumlah batubara yang dikonsumsi negara adidaya tersebut setiap hari mencatat penurunan sebesar 62% dari 2,8 juta ton menjadi 1,1 juta ton per hari. https://gitarisgila.com/